Monday, 24 December 2012

Tujuh tingkatan zikir

Imam ash-Shadiq as berkata, “Zikir Lisan itu puja (al-hamd) dan puji (ats-tsana’), Zikir Jiwa (Dzikr al-Nafs) itu kesungguhan (al-juhd) dan kemauan yang keras (al-‘ana’), Zikir Ruh itu takut (al-khauf) dan harap (al-raja’), Zikir Kalbu itu pembenaran (al-shidiq) dan pembersihan (ash-shifa’), Zikir Akal itu pengagungan (at-ta’zhim) dan malu (al-haya’), Zikir Ma’rifat itu penyerahan diri (at-taslim) dan rela (ar-ridha’), Zikir Sirr (Dzikr al-Sirr) itu memandang (al-ru-u’yat) dan berjumpa (al-liqa’)

TINGKATAN PERTAMA : ZIKIR LISAN,  

Imam ash-Shadiq as berkata, ”Zikir Lisan itu puja (al-hamd) dan puji (ats-tsana’). Pertama-tama yang mesti dilakukan oleh seseorang yang sedang melakukan latihan zikir, adalah membiasakan lidahnya untuk selalu berzikir.
Ia harus senantiasa berzikir tanpa henti di mana pun ia berada dan kapan pun keadaannya. Pada tingkatan ini, zikir diwujudkan oleh lisan dalam bentuk pujaan dan pujian yang ditujukan hanya kepada Allah Swt

Kata “al-Hamd – segala puji-” yang diucapkan lidahnya muncul dari persaksian atas Karunia Allah kepada sang hamba. Sang hamba mesti bersaksi dan mulai benar-benar menyadari bahwa Dia-lah yang telah melimpahkan semua karunia yang diterimanya. Oleh karena itu, sang hamba mesti selalu mentaati-Nya di mana pun dan kapan pun ia berada.

TINGKATAN KEDUA : ZIKIR JIWA (DZIKR AL-NAFS), 

Imam al-Shadiq as mengatakan, ”Zikir Jiwa itu adalah mewujudkan kesungguhan (al-juhd) dan kemauan yang keras (al-‘ana)”.
Pada tingkatan Dzikr al-Nafs ini, sang pezikir mesti mulai melatih untuk menguatkan jiwanya dengan kesungguhan dan kemauan yang keras agar selalu terjaga dari alpa dan kelalaian. Nafs sang hamba mesti senatiasa terjaga dalam kondisi zikir dan mengingat-Nya. Dengan kesungguhan dan kemauan yang kuat, sang hamba harus menundukkan nafs (diri) –nya untuk tetap berzikir (baca : ta’at) kepada Tuhannya.

Seseorang yang berpikir bahwa dirinya akan dapat menyingkap rahasia-rahasia dan mencapai Hakikat-Nya tanpa bermujahadah (kesungguhan) maka dia hanyalah berangan-angan. Karena awal perjalanan ruhani itu adalah mujahadah.
Barangsiapa yang tidak memiliki kesungguhan (mujahadah) di jalan-Nya niscaya tidak akan memperoleh Cahaya dari-Nya.
Kehendak dan kesungguhan adalah esensi kemanusiaan dan kriteria kebebasan manusia. Perbedaan derajat manusia adalah sesuai dengan perbedaan tingkat kehendak dan kesungguhan masing-masing manusia.

Dengan kata lain tingkat kemanusiaan (insaniyyah) seseorang dapat diukur dari kuat lemah kesungguhan dan kemauan diri (nafs)-nya untuk tidak lalai dan senantiasa mengingat-Nya di dalam mencapai peringkat-peringkat ruhani di jalan-Nya.

“Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami niscaya benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (ihsan)” (QS 29 : 69)

TINGKATAN KETIGA : ZIKIR RUH, Imam ash-Shadiq as berkata, ”Zikir Ruh itu takut (al-khauf) dan harap (al-raja’)”.

Tingkatan Zikir Ruh adalah Tingkatan ketika Ruh berzikir kepada-Allah sampai muncul hasil dari zikirnya itu rasa takut kepada Allah Swt yang sedemikian rupa sehingga seorang hamba merasa jika ia datang kepada-Nya dengan kebajikan (birr) dari 2 dunia (jin dan manusia), dia merasa akan tetap dihukum oleh-Nya dan pada saat yang bersamaan muncul pula rasa harap yang sedemikian rupa sehingga jika ia datang ke hadapan-Nya dengan dosa 2 dunia, maka Dia akan tetap mengasihinya (dengan ampunan-Nya)

Sesungguhnya tingkatan (maqam) “khauf dan raja’” ini merupakan tingkatan ruhani yang cukup tinggi. Karena tidak akan muncul rasa takut di dalam hati seseorang melainkan karena kesempurnaan pengetahuannya tentang Tuhan. Al-Qur’an Yang Mulia mengatakan, ”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu” (QS 35 : 28).

Hanya mereka yang memiliki ilmu yang bermanfaatlah yang memperoleh rasa takut kepada Tuhannya Yang Maha Perkasa.

Namun rasa takut tidaklah hanya terungkap di dalam kata-kata atau munajat, tetapi juga mewujud di dalam setiap amal perbuatan dan ibadah-ibadahnya.

Imam Ali as berkata, ”Aku heran dengan orang yang (mengaku) takut pada siksa (Neraka) tetapi ia tidak menahan diri (dari dosa). Dan aku heran dengan orang yang mengharapkan ganjaran pahala (tsawaab) namun ia tidak bertaubat dan melakukan amal shalih."

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kedudukkan Tuhannya dan menahan dirinya dari hawa nafsu maka Surga-lah tempat tinggalnya (QS 79 : 40-41)

TINGKATAN KEEMPAT : ZIKIR KALBU (DZIKR AL-QALB),

Imam ash-Shadiq as berkata, ”Zikir Kalbu itu pembenaran (al-shidiq) dan pembersihan (ash-shifa’)”. Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saww bersabda,
 ”Janganlah kamu melihat shalat-shalat mereka, puasa-puasa mereka dan banyaknya hajji dan kebaikan mereka, bahkan ibadah malam mereka. Tetapi hendaklah kamu lihat (sejauh mana) kebenaran kata-kata dan penunaian amanat (mereka).”

Jangan sampai kita tertipu karena kita hanya mengandalkan amalan lahiriyah kita (fiqih) namun melupakan amalan batiniyah (akhlaq). Banyak kita lihat orang-orang yang rajin melakukan shalat, berpuasa bahkan pergi hajji berkali-kali ke Baitullah namun ternyata mereka adalah para pendusta, penipu, koruptor dan para pengkhianat bangsa dan agama. (Kita berlindung dari amalan yang seperti itu).

Syahadat yang kita ucapkan di dalam shalat kita, sudah semestinya tidak hanya diucapkan dengan lidah saja, syahadat juga mesti diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Imam Ali as mengatakan di dalam khutbahnya, ”Pokok pangkal agama itu adalah mengenal Allah, dan kesempurnaan dari ma’rifat kepada-Nya adalah pembenaran atas-Nya, dan kesempurnaan dari pembenaran atas-Nya adalah meng-Esakan-Nya dan kesempurnaan peng-Esa-an-Nya adalah mengikhlashkan (pengabdian) kepada-Nya, dan kesempurnaan dari pengikhlashan kepada-Nya adalah menafikan semua sifat yang dinisbatkan kepada-Nya.” 

Zikir Kalbu ini adalah pembenaran atas ke-Esa-an-Nya, yaitu ketika sang pezikir sudah mencapai maqam musyahadah (penyaksian). Sang pezikir menyaksikan dengan mata batinnya akan Wujud-Nya Yang Tunggal sehingga ia pun membenarkan Sang Realitas seraya membersihkan hatinya dari penisbatas sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya.

“Maha Suci Tuhanmu Yang Memiliki Keperkasaan dari apa yang mereka sifatkan (kepada-Nya)” (QS Al-Shâffât 37 : 180)

TINGKATAN KELIMA : ZIKIR AKAL (DZIKR AL-AQL),

Imam al-Shadiq as berkata, ”Zikir Akal itu pengagungan (at-ta’zhim) dan malu (al-haya’)”. Agaknya maksud akal di dalam hadits ini bukanlah sekadar akal rasional, namun akal ke’arifan. Di dalam sebuah hadits lainnya, Imam Ali as berkata, ”Perumpamaan akal di dalam hati (al-qalb) adalah seperti lampu di tengah-tengah sebuah rumah.”

Akal yang berada dalam hati ini hanya bisa bercahaya dan menyinari alam syuhud dan alam ma’nawi jika ‘digosok’ dan ‘dipoles’ dengan tadzakkur dan tafakkur.

Cahaya akal ini akan menyingkap tabir-tabir kegelapan yang menutupi diri sang pejalan ruhani dari Al-Haqq sehingga ia dapat menyaksikan Keagungan (al-Jalal)-Nya dan Keindahan(Al-Jamal)-Nya dan terpancarlah rasa pengagungan (ta’zhim) kepada-Nya.

Sebiji mata yang melihat lebih baik ketimbang ratusan tongkat orang buta. Mata dapat membedakan permata dari kerikil (Rumi, Matsnawi VI : 3785)

TINGKATAN KEENAM : ZIKIR MA’RIFAT, 

Imam al-Shadiq as mengatakan, ”Zikir Ma’rifat itu penyerahan diri (at-taslim) dan rela (ar-ridha’)”. Zikir ini lebih tinggi dari Zikir Akal. Setelah tadzakkur dan tafakkur muncullah ma’rifat. Ma’rifat kepada-Nya inilah yang membuatnya terdorong untuk berserah diri secara total (taslim) dan rela atas segala tindakan dan keputusan-Nya atas dirinya.

Imam al-Shadiq as berkata, ”Sesungguhnya manusia yang paling mengenal Allah adalah mereka yang ridha akan Qadha (ketentuan) Allah ‘Azza wa Jalla.”

Di dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi Musa as : “Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan mampu mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai ketimbang sikap ridha dengan Ketentuan (Qadla’)–Ku

Dan melalui penyingkapan–diri-Nya di dalam pancaran cahaya, Dia menunjukkan keterbatasan kemampuan (penglihatan) mata serta kekuatan rasional, menjadikannya melampaui kekuatan (penglihatan) mata Jadi, segala sesuatu memiliki keterbatasan, hanya Tuhan yang memiliki Kesempurnaan Esensi (Ibn ‘Arabi, Futuhat al-Makkiyyah II : 632.29)

TINGKATAN KETUJUH : ZIKIR SIRR, 

Imam al-Shadiq as berkata, ”Zikir Sirr itu memandang (al-ru-u’yat) dan berjumpa (al-liqa’)”.
Inilah tingkatan zikir yang paling tinggi! Tapi apakah sebenarnya Sirr itu? Sebagian kaum ‘urafa menyebut Sirr (Rahasia) sebagai Habb, yang secara harfiah berarti biji. Sirr atau Habb ini merupakan inti dari Lubb. Dan Lubb ini adalah inti dari Qalb (hati)

Jadi, Sirr adalah bagian yang terdalam dan terhalus dari hati. Habb atau Sirr inilah tempat bersemayamnya Cinta yang bersifat ruhani. (Hubb)

Adapun Zikir Sirr adalah Zikir yang muncul setelah tahapan Zikir Ma’rifat terlampaui. Jika seorang pezikir telah sepenuhnya berserah diri dan ridha kepada semua Qadla-Nya maka sampailah ia pada tahapan memandang Yang Terkasih setelah berjumpa (liqa’)dengan-Nya, yang kemudian Cinta (Mahabbah) pun bersemi.

Imam Ali al-Murtadha as bermunajat: Ya Allah, Tuhanku… Engkaulah yang paling terpaut pada pencinta-Mu Dan yang paling bersedia menolong orang-orang yang bertawakkal kepada-Mu. Engkau melihat, Engkau menguji rahasia-rahasia (saraa-i-rihim) mereka, dan mengetahui apa yang bersemayam dalam kesadaran mereka, dan menyadari sampai ke tingkat penglihatan batin mereka. Akibatnya rahasia-rahasia mereka terbuka bagi-Mu, dan kalbu-kalbu mereka memuji-Mu dalam kerawanan yang sungguh-sungguh. Dalam kesunyian, teman dan pelipur lara mereka adalah dengan berzikir kepada-Mu dan penderitaan, bantuan-Mu adalah pelindung mereka.


Makna di balik huruf Hijaiyah



Dari Husein bin Ali bin Abi Thalib as :  Seorang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as bersama Nabi.
Yahudi itu berkata kepada Nabi Muhammad SAW : “apa faedah dari huruf hijaiyah ?”
Rasulullah SAW lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib as, “Jawablah”.
Lalu Rasulullah SAW mendoakan Ali, “ya Allah, sukseskan Ali dan bungkam orang Yahudi itu”.
Lalu Ali berkata : “Tidak ada satu huruf-pun kecuali semua bersumber pada nama-nama Allah swt”.
Kemudian Ali berkata :
“Adapun alif artinya tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Kokoh,
Adapun ba artinya tetap ada setelah musnah seluruh makhluk-Nya.
Adapun ta, artinya yang maha menerima taubat, menerima taubat dari semua hamba-Nya,
adapun tsa artinya adalah yang mengokohkan semua makhluk “Dialah yang mengokohkan orang-orang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia”
Adapun jim maksudnya adalah keluhuran sebutan dan pujian-Nya serta suci seluruh nama-nama-Nya.
Adapun ha adalah Al Haq, Maha hidup dan penyayang.
Kha maksudnya adalah maha mengetahui akan seluruh perbuatan hamba-hamba-Nya.
Dal artinya pemberi balasan pada hari kiamat,
dzal artinya pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
Ra artinya lemah lembut terhadap hamba-hamba-Nya.
Zay artinya hiasan penghambaan.
Sin artinya Maha mendengar dan melihat. Syin artinya yang disyukuri oleh hamba-Nya.
Shad maksudnya adalah Maha benar dalam setiap janji-Nya.
Dhad artinya adalah yang memberikan madharat dan manfaat.
Tha artinya Yang suci dan mensucikan,
dzha artinya Yang maha nampak dan menampakan seluruh tanda-tanda.
Ayn artinya Maha mengetahui hamba-hamba-Nya.
Ghayn artinya tempat mengharap para pengharap dari semua ciptaan-Nya.
Fa artinya yang menumbuhkan biji-bijian dan tumbuhan.
Qaf artinya adalah Maha kuasa atas segala makhluk-Nya
Kaf artinya yang Maha mencukupkan yang tidak ada satupun yang setara dengan-Nya, Dia tidak beranak dan tidak diperanakan.
Adapun lam maksudnya adalah maha lembut terhadap hamba-nya.
Mim artinya pemilik semua kerajaan.
Nun maksudnya adalah cahaya bagi langit yang bersumber pada cahaya arasynya.
Adapun waw artinya adalah, satu, esa, tempat bergantung semua makhluk dan tidak beranak serta diperanakan.
Ha artinya Memberi petunjuk bagi makhluk-Nya.
Lam alif artinya tidak ada tuhan selain Allah, satu-satunya serta tidak ada sekutu bagi-Nya.
Adapun ya artinya tangan Allah yang terbuka bagi seluruh makhluk-Nya”. Rasulullah lalu berkata “Inilah perkataan dari orang yang telah diridhai Allah dari semua makhluk-Nya”.

Kisah Uwais AlQarni: Terkenal dilangit tak terkenal di bumi


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah- merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa'at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa'at sejumlah qobilah Robi'ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah "Uwais al-Qarni". Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha' negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : "Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri". Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya. Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh- musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : "Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas- puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina 'Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman," Engkau harus lekas pulang". Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina 'Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina 'Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina 'Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah- tengah telapak tangannya." Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi". Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash- Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? "Abdullah", jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?" Uwais kemudian berkata: "Nama saya Uwais al-Qorni". Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: "Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: "Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda". Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi". Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai waliyullah," Tolonglah kami !" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi," Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!"Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: "Apa yang terjadi ?" "Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?"tanya kami. "Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! "katanya. "Kami telah melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!" Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami. "Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir." "Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya."Ya,"jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al- Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang- orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang- orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al- Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.


Huruf BA’ – Bahr Al Qudra


Dalam risalah pertama yang di terima Nabi Muhammad dari Allah melalui Jibril  adalah  “ Bacalah: Dengan nama Tuhan/Rabb mu… ” [Quran: Al Alaq Surat 96] Baca apa? Baca Bismi Rabbik. Ayat itu menunjuk pada huruf Ba .
· Baca : Ba , Siin , Mim, Bismi. { Ba adalah Bahrul Qudra, Sin adalah Ya- Siin, Miim adalah Muhammad = melalui Sayyidina Muhammad masuk kepada  Qalbu-Nya yang bernama Ya-Siin untuk masuk kembali ke Bahrul Qudra}.
Huruf Ba adalah huruf pertama dalam ayat Bismillah, yang ditunjukkan pada bagian atas halaman ini. Bismillah adalah ayat pertama dalam al Quran. Semua Surat dalam al Quran memulai dengan ayat Bismillah kecuali Surat 9 Tawbah.
Mengapa itu dihilangkan di awal Surat 9?
Tingkat ke sembilan adalah untuk kembali kepada Gua mu, sebagaimana Allah sebutkan dalam Surat al-Kahf, “Ketika kamu berpaling dari mereka dan benda yang mereka sembah selain Allah, masukkan dirimu kedalam Gua: Rabb mu akan melimpahkan Rahmat Nya kepada mu…” [18:16].
“Gua itu adalah Hadhirat Ilahi. Disini diserukan doa mulia Nabi : ‘Ya Allah, Engkaulah tujuan ku dan Kesenangan Mu adalah yang aku cari.’ Jantung, ketika dia berputar antara akhir dan awal pemompaannya, keberadaannya pada level Sejatinya Hadhirat Ilahi. Karena Dzat Ilahi itu adalah sumber semua makhluq ciptaan, jantung itu akan menjadi satu dengan setiap ciptaan yang terkecil pun
di alam semesta ini.
Qalbu yang telah memahami rahasia titik sembilan akan dapat melihat segala sesuatu, mendengar segala sesuatu, mengetahui segala sesuatu, merasa segala sesuatu, memindai segala sesuatu, ‘Sampai Dia akan menjadi telinga yang dengannya dia mendengar, mata yang dengannya dia melihat, lidah yang dengannya dia berbicara, tangan yang dengannya dia menggenggam, dan kaki yang dengannya dia berjalan. Dia akan berbusana Ilahiah, dia hanya perlu mengatakan kepada sesuatu Jadilah! dan itu akan terjadi.’”
MENCARI BISMILLAH
Mengapa mencari Bismillah? Jika Bismillah tidak hilang dari salah satu Surah, tak seorangpun akan mengkaji bersungguh sungguh pada ayat Bismillah. Itu akan terlewatkan oleh setiap pembaca al Quran. Pada awal Surah 9 {rahasia Pintu kepada Haqqiqat 9} pembaca diberi tahu oleh Allah, Lihatlah!, ayat pembuka Bismillah hilang. Pergilah dan carilah ayat Bismillah. Pembaca begitu terbiasa membaca setiap Surah dalam al Quran dimulai dengan Bismillah.
Kini pembaca perlu dibangunkan. Kedua, dalam semua surah sebelumnya 1 sampai 8 huruf pertama adalah Alif  or Ya  sebagai berikut:
Surah 1 : Al Fatihah: Al Hamdu Lillahi Rabbil Alamiin
Surah 2: Al Baqara: Alif Laam Miim
Surah 3: Al Imran: Alif Laam Miim
Surah 4: An Nisaa: Ya Ay Yuhan Nas Sut Takoo Rabbakum…
Surah 5: Al Maida: Ya Ay Yuhal Lazeena Amanu…
Surah 6: Al Anaam: Al Hamdu Lillahil Lazee….
Surah 7: Al Aaraf: Alif Laam Miim Saad
Surah 8: Al Anfal: Yas Aloo Naka Aanil Anfaal…
Surah 9: At Tawba: Baraa atum Min Allahi Wa Rasuulih
{Semua ciptaan dalam angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1-8 mendukung Singgasana (Arsy) dan 9 Duduk padanya.}
SEBAGAI GANTINYA MENDAPATI BA
Surah 9 tidak dimulai dengan ayat Bismillah, itu tidak dimulai dengan huruf Alif itu tidak dimulai dengan huruf Ya ,  Surah 9 dimulai dengan huruf Ba .
Yang lagi lagi memberi tahu pembaca Perhatikan !, Bismillah hilang (dari Surat 9 ini) dan ayat pertama Surah ini dimulai dengan huruf Ba.
· Jika itu tidak berarti apapun, maka perhatikan nama nama dari 9 surah pertama. Hanya
terdapat dua surah dalam sembilan surah pertama dengan huruf Ba di dalam namanya.
· Mereka itu adalah surah 2 dan 9.
· Surah 9 adalah surah kedua yang memiliki huruf Ba dalam namanya.
· Kata kedua dapat diterjemahkan sebagai angka 2 yang adalah nilai huruf Ba.
· Mengapa Surah 9? Mengapa bukan Surah 2 yang disebut Baqarah, yang satu satunya surah dari 9 surah pertama yang namanya diawali dengan huruf Ba?,
Mengapa bukan surah 90 yang disebut Al Balad?
Jika kita memperhatikan sistem angka kita,
· Angka angka itu adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
· Maka kita perlu mengulang angka angka itu lagi untuk menjadi 10 (puluhan), 100 (ratusan), 1000 (ribuan).
· Misalnya, untuk membuat angka 10, kita memerlukan untuk memilih 1 dan 0 dari deretan digit tunggal.
· Maka, angka 9 adalah angka digit tunggal terakhir. Sistem per-angka-an normal adalah tak terbatas.
· Kita mendengar orang berbicara tentang ratusan, ribuan, jutaan, milyaran, dan seterusnya. Tidak terdapat “satu angka besar ” yang dapat disebut sebagai angka terakhir yang setelah itu tidak ada lagi angka lain.
· Dari sinilah angka 9 digunakan sebagai digit terakhir, tanpa ulangan, menjadi masuk akal.
· Surah Tawba dapat saja ditaruh di posisi manapun dari satu sampai delapan di dalam al Quran selain pada posisi ke sembilan. Namun itu tidak demikian. Itu ditaruh di posisi ke sembilan. Mengapa? Surah pertama adalah sebuah doa untuk mohon petunjuk dari Allah. Surah kedua dan ketiga adalah petunjuk dari Allah. Mereka berdua diawali dengan Alif Laam Miim . Alif  – Percaya akan Allah, Laam  – katakan La ilaha ill Allah dan Miim – Muhammadur Rasul Allah.
Surah 4 sampai 8 adalah petunjuk lanjutan dan nutrisi jiwa.
Kemudian surah 9 adalah sebuah peringatan { Pemilik Safa’at Lestari Muhammad RasulAllah , Ciptaan yang dimuliakan Malik Hayat Malik Dunya} .
Itu seperti penciptaan seorang manusia. Diperlukan sembilan bulan untuk pembentukan. Setelah sembilan bulan sang jabang bayi harus meninggalkan kenyamanan rahim ibunya dan menghadapi dunia. Bayi itu mulai belajar dari saat itu seterusnya.
Setelah bersaksi mengucapkan Kalima tanpa sedikitpun keraguan, Allah kemudian memberi isyarat sang pencari untuk memperhatikan huruf Ba. Karena itu hilang dan sebuah isyarat telah diberikan, maka kini carilah itu. Ketika kamu mendapatkannya perhatikanlah. Setelah kamu memahami huruf Ba maka kamu memiliki kunci ke surga.
MAKNA HURUF BA
Karena tidak ada angka setelah 9, itu adalah tahap terakhir. Di dalam setiap kompetisi, atau olah raga, orang umumnya menghormati mereka yang datang terlebih dahulu, kedua atau ketiga. Tak seorangpun yang peduli kepada mereka yang datang ke empat sampai terakhir. Kecuali Allah, Dia memandangi abdi Nya lagi dan lagi, dengan Rahman dan Rahim, Perhatian dan Ampunan. Dia memperlihatkan kepada kita, pada tahap terakhir (yaitu 9 atau surah 9) lihatlah Ba.
· Dia telah menciptakan segalal sesuatu dari sebuat noktah atau tetes { Stuktur Atom dari  semua ciptaan hanyalah titik yang berputar }
· Titik ciptaan itu dinyatakan atau disimbolkan di bawah huruf Ba.
· Dia menciptakan kita dari sebuah noktah (tetes) yang tidak suci (murni). Sembilan dalam numerologi Abjad mewakili huruf Toin . Toin mewakili kesucian, dari sinilah kata Arab Tayyab – yang dieja dalam Arab Toin, Ya dan Ba .
· Huruf Arabic Ya mewakili ilmu.
· Allah telah mengajari kita bagaimana mensucikan diri kita sendiri. Allah mengajari Adam (setiap manusia) segala nama, yang adalah yang dimaksud dengan Hadits:  Setiap Utusan Allah mengatakan, “Setiap anak yang dilahirkan dia dilahirkan dengan sebuah iman yang benar (seorang Muslim) namun orang tuanyalah yang mengubahnya menjadi Judaism atau Khristianity…. [Sahih Bukhari]
Allah telah mengirimkan al Quran dan Utusan Nya  sebagai pemberi peringatan untuk memperlihatkan abdi Nya bagaimana untuk mensucikan diri mereka sendiri. Secara fisik kita tidak pernah dapat menjadi suci betapapun kita membasuh dan menggosok diri kita sendiri. Tetapi kita harus mencoba mensucikan diri kita sendiri sebaik baiknya yang dapat kita lakukan.
Halangan terbesar dalam mensucikan diri kita terletak pada tetes terakhir air seni kita. Kita harus membersihkan diri kita sendiri (dengan petunjuk Allah) bebas dari tetes terakhir itu, atau apapun yang kamu ingin menyebutnya. Ini disebutkan di dalam Al Quran:  4 Dan jagalah pakaian mu bersih dari noda [al Quran: Al Muddassir Surah 74]
MAKNA HURUF  BA
 Segala sesuatu dalam Islam memiliki makna lahir biasa dan sebuah makna-dalam (spiritual). Kedua makna itu berlaku, namun kebanyakan Muslims hanya menyadari makna lahirnya saja. Makna spiritual ayat 4 Surah 74 adalah:
11 Ingatlah Dia menyelimuti kalian dengan semacam rasa kantuk dari Diri Nya agar kalian merasa tenang dan Dia membuat hujan turun kepada kalian dari langit (surga/janah) untuk dengannya membersihkan dirimu untuk membuang darimu noda Shaytan untuk memperkuat qalbumu dan untuk menanamkan kakimu kuat kuat dengan itu. [Quran: Al-Anfal Surah 8]
14 Sesungguhnya! namun di qalbu mereka terdapat noda dari (keburukan) yang mereka perbuat! [Quran: Al Mutaffiffiin Surah 83]
Ketika kita mencoba membuang tetes terakhir air seni secara lahirnya, di dalam (batin) kita membuang noda Shaytan dari qalbu kita. { Apabila kamu memperhatikan tentang apa yang orang tidak tahu atau lihat, maka kamu mencapai bagus bagusnya spiritual Ihklas}
Maka kita dapat melakukan Wudhu. Sisi spiritual Wudu dijelaskan oleh wali termashur Ali bin Usman al Hujwiri (semoga barokah Allah baginya). Ali bin Usman (juga dikenal sebagai Datta Ganj Baksh) dikirim ke India oleh Mursidnya dan dia tinggal di Lahore (kini Pakistan) sampai napas terakhirnya¸ yang tercatat pada  1064-5 (456 Hijriyah) atau 1071-2 (464 H). Dia mengislamkan tak terhitung banyaknya orang Hindu. Dia telah menulis di dalam bukunya Kashf Al Mahjub dalam bab tentang Pensucian:
Pensucian lahir dan pensucian batin harus terjadi bersamaan.
· Ketika seorang membasuh tangannya, dia harus membasuh qalbunya bersih dari keduniaan.
· Ketika dia memasukkan air ke dalam mulutnya, dia harus mensucikan mulutnya dari menyebut selain Allah.
· Ketika dia membasuh mukanya, dia harus berbalik dari semua hal yang keseharian dan menghadap kepada Allah.
· Ketika dia mengusap kepalanya, dia harus menyerahkan urusannya kepada Allah.
· Ketika membasuh kakinya, dia tidak boleh membentuk niat untuk berpihak kepada apapun kecuali sesuai dengan Perintah Allah.
· Maka dia akan disucikan dua kali. Perhatikan kita sedang membicarakan tentang Ba atau 2, atau lahiriah dan batiniah. Kesucian lahiriah tidak berguna tanpa kesucian batiniah. Mereka berdua harus disatukan untuk mencapai kesucian sejati. Ini dicapai bila qalbu dan pikiran tersucikan dari semua pikiran dan keinginan buruk (sataniah) dengan menjaga agar Allah selalu dalam pikiran. Ketahuilah bahwa Allah melihat setiap tindakan kita, dan Allah mendengar setiap kata kata kita dan Allah mengetahui setiap pikiran kita. Jika kita dapat mempertahankan tahap itu, selalu sadar akan Hadhirat Allah, kita akan tersingkir dari dosa. Setelah mensucikan baju lahir dan batin kita, barulah kita bisa mendekati Allah.
Dia kemudian menaikkan kita di atas para malaikat dan membuat mereka bersujud kepada Adam.
· Maka Tayyab adalah {Sayyidina TaHa al-Tahir}
· Toin  untuk – pensucian,
· Ya  untuk – dengan pengetahuan kita selalu dalam Hadhirat Allah,
· Ba  untuk – noktah atau tetes atau qalbu.
284 Untuk Allah kepemilikan semua yang berada di langit dan di bumi. Apakah kamu memperlihatkan apa yang ada dalam pikiran kamu atau menyembunyikannya Allah minta kamu mempertanggung jawabkannya Dia mengampuni siapapun yang Dia kehendaki dan menghukum siapapun yang Dia kehendaki Allah memiliki kuasa atas segala sesuatu. [Quran: Al Baqarah Surah 2]
NILAI NUMERIK TERSEMBUNYI BA
Memandang kepada huruf Ba dengan cara lain. Jika kita menulis huruf itu sebagaimana kita membacanya, itu tertulis .
Ba, Alif dan Hamzah .
Maka nilai numeriknya menjadi ( Ba = 2, Alif = 1, Hamzah = 1) 1+1+2 = 4.
· Memandang kepada ayat Bismillah, terdapat 3 Miim dari BisM Allah Ar RahMan Ar RahiiM.
· Allah merubah noktah pada Ba atau tetes menjadi sebuah makhluq dengan 3 elemen, Bumi, Api dan Air.
· Setelah kelahiran bayi yang baru lahir jika ditetapkan untuk hidup diberi Napas Allah yang diwakili oleh huruf Ha  dari nama AllaH dalam ayat Bismillah. Itu menambahkan elemen ke empat Udara.
· Dengan elemen terakhir itu Allah menyelesaikan penciptaan. Jika bayi yang baru lahir itu tidak ditetapkan (ditakdirkan) untuk hidup, maka elemen ke empat itu ditahan. Begitu juga pada saat kematian, Allah membuang elemen ke empat dari seorang makhluq melalui malaikat Azraiil .
156 Yang mengatakan ketika dilanda musibah: “Kami milik Allah dan kepada Nya kami kembali.” [al Quran: Al Baqara Surah 2]
Bismillah terdiri atas 19 huruf { Al Quran berisi 114 (= 6×19) Surah, kedalam dengan 30 Juz kedalam 7 ayat Fatiha kedalam 19 huruf Bismillah kedalam BA} 1-9 semua ciptaan dalam 1 sampai dengan 9 Allah menunjukkan Kode Bi-Nair pertama.
Yang mewakili 1 Pencipta yang menciptakan seorang manusia dalam 9 bulan dan suara pertama yang harusnya diterima bayi yang baru lahir itu adalah Adzan. Ini memberi keterangan pendatang baru itu:
Allahu Akbar, Allahu Akbar, (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Saya bersaksi tiada sesembahan kecuali Allah,
Saya bersaksi tiada sesembahan kecuali Allah,
Saya berskasi Muhammad adalah Utusan Allah,
Saya bersaksi Muhammad adalah Utusan Allah,
Datanglah kepada shalat, Datanglah kepada shalat,
Datanglah kepada kebaikan,
Datanglah kepada kebaikan,
Allahu Akbar, Allahu Akbar La ilaha ill Allah (Tiada sesembahan kecuali Allah)
Memperhatikan Adzan, Allahu Akbar disebutkan sebanyak empat kali awalnya. Ini adalah untuk memberi tahu bayi yang baru dilahirkan bahwa dia telah diciptakan Allah dari empat elemen. Ini
sama dengan nilai numerik tersembjunyi dari Ba .
Setelah itu setiap kalimat diulang dua kali yang adalah nilai normal Ba . Pada akhirnya La ilaha ill Allah disebutkan hanya sekali.
Ini untuk menekankan bahwa meskipun kamu, bayi yang baru lahir, diciptakan dari Ba, Pencipta kamu adalah Allah yang SATU.
Adzan itu diserukan ke telinga kanan. Setelah menyelesaikan Adzan di telinga kanan, itu diucapkan lagi pada telinga kiri. Maka Adzan itu disuarakan dua kali seluruhnya. Ini seimbang dengan ciptaan baru itu dari noktah Ba dan nilai numeriknya.
Noktah dibawah Ba  juga mewakili putaran Utusan sebelum kedatangan Muhammad .
dan Muhammad menjadi penutup para Nabi diwakili diakhir ayat Bismillah dengan huruf Miim . Ayat Bismillah diberikan kepada setiap Rasul Allah dari Adam  ke Isa (Jesus).
Namun, Bismillah ditarik dari ummat lainnya ketika Rasul Allah mereka meninggalkan mereka (wafat). Akhirnya Bismillah diberikan kepada Muhammad dan ummatnya. Para Muslim adalah satu satunya ummat yang masih mempertahankan ayat ini. Mengapa?
Alasan di belakang ini adalah bahwa Miim diperlukan di akhir ayat ini untuk menyempurna kannya. Setelah Muhammad pintu Utusan Allah telah tertutup. Muhammad sebagai penutup dari lingkaran Utusan Allah. Maka Muhammad dan ummatnya, yaitu para Muslim, adalah penjaga dan pemilik sah dari ayat ini.
PENGGUNAAN YANG DISENGAJA DARI HURUF BA DI DALAM AL QURAN
Marilah kita perhatikan contoh lain dari huruf Ba dari al Quran. 96 Bait (Rumah) pertama ditetapkan untuk manusia adalah bahwa Bi (dalam) Bakka penuh MuBaraka (berkah) dan petunjuk untuk semua jenis ciptaan:
97 Di dalam nya terdapat tanda tanda jelas; maqam Ibraheem; barang siapa yang memasukinya mereka mendapatkan keselamatan; (dalam) pergi hajji terdapat sebuah kewajiban manusia terhadap Allah (bagi) mereka yang mampu melakukannya; namun bila siapapun mengingkari iman, Allah teguh kokoh tidak memerlukan yang manapun di antara ciptaan Nya. [al Quran: Al Imran, Surah 3]
Mengambil contoh Hajj, perjalanan ke Makkah (Mecca), jika ditinjau dari kontex ini mewakili sebuah lingkaran atau noktah. Ka’aba (Sang Kubus) adalah pusatnya, dan manusia membuat Thawwaf, atau berputar mengitari Ka’aba itu. Perhatikan bahwa nama Ka’aba memiliki huruf Ba menjelang akhir. Namun nama Ka’aba tidak digunakan di dalam ayat tersebut di atas. Karena huruf Ba adalah menjelang akhir dari kata / nama Kaaba,
· untuk memperlihatkan huruf Ba Bait (rumah) pertama digunakan untuk menunjuk kepada Ka’aba.
· Bila itu belum menunjukkan secara jelas maka selanjutnya ditekankan oleh kata pertama sesudah (yang menjelaskan)  Bait.
· Pertama apa? Ba pertama! Kata Bayt membawa huruf Ba mengawali kata Biyt atau di tempat pertama.
· Bahkan jika kunci ini juga terlewat, terdapat petunjuk ketiga. Makkah dituliskan sebagai Bakkah.
· Huruf Ba  muncul empat kali dalam ayat 96 di atas.
· Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
terdapat empat elemen, Bumi, Api, Air dan Udara digunakan dalam penciptaan.
· Jika kita menempatkan sebuah 0 atau noktah setelah (angka) 4 kita mendapatkan 40 yang adalah nilai numerik dari Miim.
· Jika huruf Ba dalam Bakkah digantikan dengan Ma atau Meem, nama kota itu menjadi Makkah.
Allah tidak menggunakan kata Ka’aba namun kata Bait sebagai gantinya. Allah tidak menggunakan kata Makkah namun kata Bakkah sebagai gantinya diawali oleh Bi. Kemudian kata MuBaraka digunakan untuk petunjuk lagi, LIHATLAH! Miim { Galb Muhammad} telah digantikan oleh Ba. LIHATLAH ! Miim dan Ba diperlihatkan bersama di sini. Miim sebetulnya bisa digunakan, tetapi itu tidak demikian. Maka, Lihatlah pada Ba!
LIHATLAH LAGI PADA HURUF BA DAN BELAJARLAH
Surah 3 ayat 96 berakhir dengan petunjuk untuk semua jenis ciptaan dan ayat berikutnya, ayat 97 diawali dengan di dalam nya terdapat tanda tanda yang jelas, artinya nampak, bukti, jelas, terang, tak pelak lagi. Apa tanda yang jelas, nampak, bukti, jelas, terang, tak pelak lagi?
Allah memperlihatkan kepada kita pembentukan sebuah Atom sebelum ilmuwan fisika nuklear muncul di panggung (dunia).
Definisi dari sebuah atom:
· Sebuah atom terdiri atas partikel (zarah) terkecil yang tak dapat dipecah lagi.Sebagian besar itu terdiri atas ruang kosong. Pada pusat ruang ini terdapat inti yang sangat kecil yang disebut nucleus. Massa itu terkonsentrasi di dalam nucleus itu. Satellite yang disebut elektron berkeliling dalam orbit di sekitar nucleus itu.
· Para hajji mengitari Ka’aba adalah sebuah pencitraan visual dari sebuah atom dalam skala besar.
· Ka’aba itu adalah nucleus nya dan manusia yang mengelilinginya adalah elektron nya.
· Ahli nuklir Kristen mungkin menyatakan telah menemukan atom ini. Kenyataannya Allah telah memberi tahu kita untuk memperhatikan huruf Ba 1400 tahun yang lalu.
· Sayangnya tak seorang sarjana Muslim pun hadir pada titik penemuan atom itu untuk membuktikan apa yang al Quran ungkapkan adalah Kebenaran.
· Kita Muslim selalu mengandalkan pada para Non-Muslims untuk membuktikan Kalimat Allah adalah Kebenaran.
· Saya tahu ayat 96 mengatakan petunjuk bagi semua ciptaan, namun akan lebih melegakan jika para Muslim menemukan beberapa tanda tanda Allah dalam hari hari dan masa ini. Tidaklah cukup baik untuk hidup dalam kejayaan masa lalu.
· Kata operasional nya adalah (masa) lalu. Kebanyakan dari para Muslim saat kini mengekor di belakang dalam penemuan bidang ilmu dan teknologi.
· Bahkan sebagian Muslim memandang ilmu dan teknologi sebagai musuh Islam.  Kelompok terakhir ini sama sekali tersesat.
· Seseorang harus mencari perlindungan Allah dari mereka yang tersesat ini, karena semua ilmu berasal dari Allah apakah itu spiritual atau sains. Kedua duanya ilmu spiritual dan sains bekerja bersama sama. Namun demikian ada cara lain untuk melihat hal itu. Bismillah, memulai dengan huruf Ba.
· Huruf ini mewakili ciptaan. Allah menciptakan segala sesuatu dari sebuh noktah. Manusia, hewan, tetumbuhan, mereka semua diciptakan dari noktah atau biji.
· Bahkan biji itu sendiri diciptakan dari noktah yang kita sebut atom. Apabila kita terapkan hal ini kepada gas, mineral dan cahaya, itu tetap berlaku.
· Bahkan atom jika dipecah pecah lebih lanjut menjadi electron, proton, neutron dan photon mereka semua bergerak berputar mengitari nucleus, memberi effek (kesan) sebuah noktah.
· Jika kita mengarahkan pandangan kepada matahari, bulan, bumi dan semua planet lainnya, bahkan mereka ini seperti noktah.
· Bahkan lintas putaran (orbit) planet adalah lingkaran, mewakili sebuah notah.
· Jadi apapun yang kita lihat dapat diartikan sebagai sebuah bentuk, raga atau bentuk, atau itu dapat dilihat sebagai sekumpulan noktah atau atom yang saling melekatkan diri untuk menghasilkan sebuah pola. Mereka semua memiliki satu hal yang sama. Semua ini, hewan, tetanaman, mineral, sesungguhnya seluruh alam semesta (cosmos) diciptakan oleh Satu Wujud yang adalah Sang Pencipta , Yang tidak diciptakan.
APAKAH NOKTAH ITU BERGERAK SEARAH JARUM JAM ATAU BERLAWANAN ARAH JARUM JAM ?
· Analogi lain dari Tawaf (hajji mengelilingi Kabbah) adalah bahwa Bumi berputar pada sumbunya dari timur ke barat.
· Karena matahari terbit di timur dan tenggelam di barat. Gerakan ini adalah berlawanan dengan arah jarum jam.
· Begitu juga dengan Tawwaf, mengambil Kaaba sebagai sumbunya. Hajji mengelilingi Kabah berlawanan dengan arah jarum jam.
· Bumi itu sendiri mengelilingi matahari dalam lintasannya dalam arah berlawanan arah dengan jarum jam. Terdapat kesempatan lima pupuh-lima puluh, itu adalah betul.
· Sama saja, terdapat kesempatan lima puluh – lima puluh, itu adalah salah. Karena petunjuk itu dari Allah, Tawwaf itu berharmoni sempurna dengan ciptaan Allah : malam dan siang. Tawwaf itu berharmoni sempurna dengan ciptaan Allah : musim (yang diakibatkan letak) matahari.
Kini, jika kita memandang jam dan arloji, gerakan mereka adalah searah jarum jam, yaitu dari kiri ke kanan seperti halnya menulis bahasa Inggris contohnya. Jika sekiranya penemu jam adalah seorang Muslim mungkin kita hari ini akan memiliki jam dengan gerakan dari kanan ke kiri. Yang adalah berlawanan arah jarum jam dengan angka yang juga meningkat dengan arah berlawanan jarum jam. Maka arah berlawanan jarum jam akan menjadi sesuai arah jarum jam.
Maka para penemu jam (yang kita kenal) hari ini dulunya secara di bawah sadar mencoba untuk menguasai waktu dengan merancang jam yang berlawanan dengan perputaran bumi dan orbitnya. Semua ini adalah agar supaya menghindari pertemuan mereka dengan Sang Pencipta mereka. Mereka mengabaikan dua hal. Satu, waktu tidak menunggu manusia. Dua, bahkan bila waktu bergerak mundur, mereka akan tetap bertemu dengan Sang Pencipta mereka. Karena Dia
hadir pada saat awal, Dia hadir pada saat kini. Dan Dia akan hadir selalu. Muhammad berkata : “Allah hadir dan tiada sesuatupun selain Dia “. Dan Ali ibn Talib (ra) menjawab: “Dan Allah adalah kini seperti halnya Dia sebelum ini “.
Yang artinya ‘Saat ini adalah sama dengan saat yang itu juga ‘
· Kini setelah kita melihat Tawwaf dalam makrokosmos. Mari kita melihatnya dalam mikrokosmos.
· Setiap atom dari sebuat bentuk, apakah itu manusia, tetanaman, batu dan bahkan benda yang paling keras pun seperti diamond (berlian) dan tungsten sedang melakukan Tawwaf berkesinambungan, siang dan malam, malam dan siang.
· Mereka semua memiliki zarah (noktah) yang berputar pada sumbunya.
· Penemuan atom adalah kemajuan ilmu pengetahuan dalam masa kita ini.
TEKNOLOGI DITURUNKAN DARI HURUF BA
Kini, mari kita perhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan lihatlah bagaimana itu terkait dengan huruf Ba. Hampir setiap orang di masa dan zaman sekarang ini telah melihat dan bahkan juga menggunakan sebuah komputer.
· Meskipun para penemu komputer itu tidak menyadari hal ini namun mereka mendasarkan komputer itu pada huruf Ba yang adalah angka dua.
· Komputer itu hanya mengenal dua situasi, sambung atau putus, yang mewakili 1 atau 0 yang disebut sistem/format Biner.
· {Al Quran dalam Bismillah = 19 kode Biner untuk ciptaan }
· Perhatikan terdapat dua kondisi yang adalah nilai numerik Ba atau sebagaimana para ilmuwan suka menyebutnya sebagai BI (dua).
· 0 itu mewakili noktah (titik).
· Jika pemakai komputer itu mungkin memasukkan angka dengan sistem sepuluh /desimal, komputer itu tidak dapat menggunakan (masukan) mereka itu.
· Perangkat lunak itu harus mengubah angka desimal ke dalam format binair sebelum perangkat keras itu dapat membuat perhitungan apapun. Setelah menghitung jawaban binari { Utusan Dhzahir Allah Yang Menghubungkan Sang Pencipta dengan Ciptaan Nya, Tawassul} dari perangkat keras harus dirubah kembali ke dalam sebuah angka desimal oleh perangkat lunak itu untuk memberi makna bagi pengguna komputer itu.
Kemudian kita mencermati al Quran lagi, dan kita diberi tahu Allah:
36 Maha Suci Allah Yang menciptakan berpasangan semua yang diproduksi / dikeluarkan bumi dan juga sebagaimana di antara jenis mereka sendiri dan berbagai hal yang mereka tidak memiliki ilmu.{ 36 for Yasiin} 37 Dan sebuah tanda untuk mereka adalah Malam: Kami menariknya dari Siang dan lihatlah mereka terbenam dalam kegelapan  [Quran: Ya Siin, Surah 36]
1 Demi Malam ketika dia menyembunyikan;
2 Demi Siang ketika dia muncul dalam kegemilangan;
3 Demi penciptaan lelaki dan perempuan
[Quran: Al Lail Surat 92] {92 cermin nya adalah 29 Ilmu ghaib, nama ke 9+2=11 Rasul adalah Ya Siin yaitu (ayat) 36 Rahasia Ya Siin adalah Decoder antara Ciptaan dengan Sang Pencipta }
ALLAH SANG ASAL USUL (ORIGINATOR)
· Kita diberi tahu tentang dua keadaan malam dan siang, yang dapat disamakan dengan 1 dan 0 atau 0 dan 1 tergantung kepada pilihanmu.
· Kata ciptaan digunakan dalam kedua Surah 36 dan 92, untuk menekankan, 2 keadaan itu.
· Analogi lain dari dua adalah, satu keadaan adalah keadaan tak tercipta dan keadaan lainnya adalah keadaan tercipta.
· Asma Allah Sang Pencipta dalam kedua kasus adalah al Khaliq.
· Dalam keadaan tak tercipta, benda itu adalah dalam bentuk ingatan, atau visi (bayangan).
· Kemudian dalam keadaan tercipta benda itu mengambil bentuk fisik dan tampak di dalam dunia.
· Namun ciptaan sesungguhnya adalah dalam bentuk Ba. { Sebagaimana Dia memberi Rahim Perempuan kekuatan Penciptaan Sang Raja (al Malik) harusnya mengawasi }
· Allah tidaklah menciptakan secara fisik (dengan tangan). Dia tidak memerlukan itu: 117 Badi’u (Sang Asal Usul) langit dan bumi! Apabila Dia menetapkan sebuah hal, Dia mengatakan: Jadilah! Dan jadilah itu [Quran: Al Baqara Surat 2]
MENDAPATKAN BISMILLAH YANG HILANG
· Kembali kepada ayat Bismillah. Itu adalah ayat pertama dalam al Quran ketika kita membuka al Quran pada halaman pertama. Itu ditempatkan pada awal setiap Surah di dalam al Quran kecuali untuk Surat 9.
· Bismillah yang hilang itu didapatkan dalam Surah 27 yang disebut Al Naml dalam ayat 30{Lam=30 mewakili Mulk atau Kerajaan }. Bila kita mempertambahkan angka Surah itu 2+7 = 9.
· Jadi, itu disengaja dibuang dari Surat 9. Kini soalnya adalah, Mengapa ayat 30 yang dalam bentuk angka tunggal adalah 3 (=3 +0) dan bukan ayat 20 yang akan menunjuk kembali ke Ba atau 2? {30 Allah memperlihatkan Raja Ciptaan yaitu Yang dikaruniai Kekuasaan adalah Pemilik Bismillah, Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaan / kekuatan dari Bismillah ini untuk kerajaannya }
· Jadi, Al Naml ditempatkan sebagai 9 ke tiga , (9, 18, 27) atau 9 x 3 = 27.
· Bahkan jika kita mengalikan nomer Surah dengan nomer ayat kita mendapat 27 x 30 = 810 = 8 + 1 + 0 = 9.
· Lagi lagi kita diberi tahu bahwa ini adalah tahap terakhir.
· Kamu mencari Bismillah, carilah lagi, namun ingatlah selalu nomor / angka 3.
Tiga adalah angka nilai huruf Arabic Jiim . Jiim tidak terdapat dalam ayat ini. Jadi menunjuk kepada apakah angka 3 ini?
· Terdapat hanya dua huruf yang terjadi 3 kali dalam Bismillah.
· Mereka itu adalah Alif  dan Miim .
· Huruf pertama dalam Nama Allah adalah Alif .
· Huruf pertama dalam nama Muhammad adalah Miim .
· Nilai angka Alif  adalah 1 dan nilai angka Miim  adalah 40. Jika kita mengalikan nilai angka Alif dan Miim dengan angka dari kejadian (munculnya) mereka berturut dalam ayat Bismillah kita mendapatkan berikut ini: Untuk Alif 1 x 3 = 3 Untuk Miim 40 x 3 = 120 = (1 + 2 + 0) = 3
RAHASIA PERTAMA BISMILLAH
· Maka perkiraan pertama untuk mencari 3 kejadian/kemunculan adalah benar.
Perhitungan di atas membenarkan hal itu.
· Itu tidaklah cukup bagi Allah untuk memberi kita Kalimat Pertama La ilaha ill Allah Muhammadur Rasul Allah.
· Dia memberi isyarat lagi disini, itu adalah ketika seseorang membaca ayat Bismillah, La ilaha ill Allah Muhammadur Rasul Allah secara otomatis disebutkan oleh yang membacanya tanpa diketahui olehnya.
· Kalimat pertama ini juga dikenal sebagai Kalima Tayyab (Kesucian).
· Adalah pembacaan Kalima Tayyab inilah yang mensucikan spiritualitas sang Muslim.
· Semua Utusan Allah tahu bahwa Muhammad akan dikirim oleh Allah sebagai
Penutup semua Rasul.
· Ini adalah alasan lainnya mengapa ayat Bismillah diberikan kepada semua Rasul Allah dan ummatnya sejak Adam  sampai Isa.
· Para Rasul Allah mengetahui rahasia tersembunyi dalam Bismillah.
· Ketika para Utusan ummat terdahulu meninggalkan mereka, Bismillah diambil kembali dari mereka.
· Ummat Muslim masih mempertahankan ayat ini karena mereka telah menerima bentuk dzahir (nampak) dari Kalimat pertama .
· Para Ummat lainnya itu tidak menerima Kalimat pertama dalam bentuk nampak/ dzahirnya.
· Di dalam Kalimat, kata kata adalah terungkap, sangat jelas, tak pelak lagi.
· Disini kata kata itu tersembunyi atau Batin.
· Ketika kita membaca Bismillah dengan keimanan penuh, Allah memberi kita karunia pertama karena telah membaca Bismillah, plus hadiah karena mengatakan Kalimat (Sahadat) Pertama tiga kali ditambahkan kepada karunia tadi. Allah sangat murah hati kepada ciptaan Nya.
Muhammad meninggalkan kepada kita sebuah kunci.
· Jika kita memperhatikan huruf yang membentuk tulisan Rasul Allah kepada kepala negara di sekitarnya agar mereka memeluk Islam, tulisan itu dimulai dengan Bismillah Hir Rahman Nir Raheem Muhammadur Rasool Allah.
· Itu adalah kunci bahwa Kalimat (shahadat) pertama tersembunyi di dalam ayat Bismillah. Bagian pertama dari Kalimat adalah tersembunyi,
· Karena Allah tidak dapat terlihat di dunia ini.
· Bagian kedua nampak karena itu adalah fakta sejarah bahwa Muhammad Utusan Allah  datang ke dunia ini dan meninggalkan bagi kita Muslim Keajaiban al Quran.
· Hadits berikut ini juga menegaskan bahwa Muslims dianugerahi lebih dari sekali meskipun kebanyakan dari kita tidak mengetahui mengapa.
Utusan Allah mengatakan,  “Umurmu (keberadaanmu) dibanding dengan ummat sebelumnya, adalah seperti jangka waktu antara shalat Asr dan Maghrib.
· Ummat (kitab) Taurat dikaruniai Taurat dan mereka melaksanakan (isi) kitab itu sampai tengah hari dan mereka tidak dapat melanjutkannya. Dan mereka dikaruniai (hadiah sama dengan) satu Qirat masing masing.
· Kemudian ummat Injil dikaruniai Injil dan mereka melaksanakannya sampai shalat Asr dan mereka tidak dapat melanjutkannya, maka mereka dianugerahi (hadiah sama dengan ) satu Qirat masing masing.
· Kemudian kalian dikaruniai al Quran dan kamu melaksanakannya sampai maghrib (matahari terbenam), maka kamu masing masing mendapatkan (sebuah hadiah) yang sama dengan dua Qirat.
· Atas hal itu, para ahli Kitab mengatakan, ‘Para Muslim ini melakukan kerja lebih sedikit dibanding kami, tapi mereka mendapat hadiah lebih besar.’ Allah berkata (kepada mereka) :
‘Apakah Aku menganiaya kalian dalam hal hak hak kalian?’ Mereka menjawab, “Tidak.” Kemudian Allah berkata, “Itu adalah barakah Ku yang Aku karuniakan kepada siapapun yang Aku kehendaki. ” [Sahih Bukhari] Tak seorangpun memandang kepada hal yang jelas, bila mencari kunci (atas sebuah rahasia). Kebanyakan jawaban memelototi wajah kita. Semoga Allah membimbing kita.
RAHASIA KEDUA BISMILLAH
Dengan berakhirnya dan selesainya pengiriman para Utusan, Muhammad dan ummatnya telah dianugerahi dengan (boleh) menyimpan ayat ini sampai dengan Hari Akhir. Mengapa?
· Bismillah adalah Kunci Ke Surga.
· Apakah Muhammad telah menemui semua Utusan Allah terdahulu di Langit ketika Malam Miraaj (Naik Ke Langit)? Dia melakukan itu.
· Mereka semua memiliki Kunci ke Surga. Mereka semua memiliki ayat Bismillah.
· Disebutkan dalam sebuah Hadits Utusan Allah mengatakan dia telah melihat empat sungai di surga dan sumber dari tiga sungai adalah tiga Miims  dalam Bismillah, dan
sumber satu sungai (lainnya) adalah huruf Ha  dalam nama AllaH .
· Nama Muhammad memiliki dua Meems yang nampak.
· Meem pertama adalah tunggal.
· Meem kedua disebutkan dua kali, pertama sebagai huruf tanpa huruf hidup (vowel atau aksen) dan kemudian dengan huruf hidup yang dikaitkan dengan huruf itu.
· Ini diisyaratkan oleh Shaddah (w) di atas Meem kedua dalam nama Muhammad .
· Dalam penulisan dan penghitungan hanya dua Meems yang nampak atau dihitung.
· Meem ketiga atau yang tersembunyi hanya terasa dalam pengucapan. Dari sini lah penekanan pada Zikr (atau penyebutan Nama Allah atau mengirimkan shalawat bagi Muhammad
lagi dan sekali lagi) di dalam al Quran.
· Dengan Zikr, Allah membangunkan potensi tersembunyi dari abdi Nya itu.
· Tiga Meems ini dalam nama Muhammad , darinya dua nampak dan ketiga tersembunyi, adalah cermin dari tiga Meems dalam Bismillah. · Allah menyuruh kita dalam al Quran untuk mencari tanda tanda.
HIKMAH AL QURAN
2 Kami menurunkan itu sebagai al Quran berbahasa Arab agar supaya kamu dapat mempelajari hikmah. [al Quran: Yusuf Surat 12]
Perhatikan ayat di atas tadi al Quran Arab agar supaya kamu belajar hikmah.
7 Sesungguhnya di dalam Yusuf dan saudara saudaranya terdapat tanda tanda bagi para Pencari (Kebenaran) [Quran: Yusuf Surat 12]
Perhatikan nama Surat, Yusuf .
· Apa yang pertama muncul dalam pikiran ketika nama Yusuf Rasul Allah disebutkan.
· Wajahnya yang tampan yang Allah karuniakan kepadanya.
· Kemejanya yang warna warni.
· Dilemparkan ke dasar sumur dan dijual sebagai budak.
· Menjaga dirinya tetap suci dari rayuan.
· Terpenjara untuk waktu tertentu.
· Dibebaskan (dari penjara) dan dikukuhkan (diangkat) sebagai pejabat dihadapan penguasa.
· Bakatnya untuk mentamsilkan arti mimpi.
Apakah hikmah yang disebutkan dalam ayat 2, dan bagaimana kita menghubungkannya dengan tanda tanda yang disebutkan dalam ayat 7?
Yusuf  tampan untuk dipandang.
· Begitu juga al Qurani bahasa Arab adalah sebuah Pesan yang nampak (visual) jika kita siap untuk mencari Pesan Pesan. Kemejanya berwarna warni, dan itu digunakan untuk menyembuhkan kebutaan ayahnya (Yaqub ).
· Kita orang Muslims memandang dengan mata buta kepada Pesan nampak (visual) dan spiritual al Quran dan hanya mengambil Pesan tersurat saja.
· Namun al Quran adalah sebuah Penyembuh dan Rahmat untuk mereka yang beriman.
· Yusuf  dilemparkan ke dalam dasar sumur dan dijual sebagai budak belian. Kita terkubur di dalam raga kita dan kita menjadi budak dari ide kita yang kaku (yang kita definisikan sendiri).
· Kita tidak memandang al Quran dengan pikiran terbuka.
· Yusuf  menjaga dirinya tetap murni dari bujukan/rayuan, kita kalah oleh rayuan dan bujukan, baik secara fisik atau spiritual dan menjadi tidak lagi suci. Kita tidak dapat menjaga jantung (kalbu) kita tetap bersih.
· Yusuf terpenjara untuk waktu tertentu dan kemudian dibebaskan dan ditetapkan / diangkat sebagai pejabat mulia dihadapan penguasa.
· Kita menjadi tawanan diri kasar (Nafs) kita dan shaytan, yang darinya kita harus membebaskan diri kita sendiri, (agar) dan mendapatkan tempat terhormat yang menjadi hak kita di hadapan / hadhirat Allah.
· Allah sangat pengampun. Yusuf  memiliki anugerah dari Allah mentafsir mimpi.
· Kita semua memiliki sebuah kualitas khusus yang dianugerahkan Allah bagi kita. Kita harus mencari tahu apa bakat kita yang tertinggi potensinya dan menggunakan itu untuk kebaikan sesama makluq.
BISMILLAH KUNCI KE SURGA
Kunci ke surga ditempatkan di ayat pertama sekali dalam al Quran dan kita tetap saja luput perhatian terhadapnya dari waktu ke waktu.
Beberapa pembaca akan mengatakan bahwa noktah dan aksen bukanlah bagian dari bahasa Arab (al Qur’an) aslinya. Itu memang benar.
· Noktah dan aksen (dialek) diperkenalkan oleh Khalifah Usman Ghani (ra). Dia adalah salah satu shahabat Muhammad . Para Shahabat Allah secara spiritual tercerahkan oleh kedekatan mereka kepada Nabi s.a.w..
· Usman Ghani (ra) tahu betul apa yang dia kerjakan.
· Dengan menambahkan noktah dan aksen, dia memperlihatkan beberapa rahasia bagi mereka yang memiliki pandangan (mata).
· Hanya mereka itulah yang akan melihat Pesan tersembunyi yang dibimbing Allah.
· Alasan jelas untuk menambahkan aksen dan noktah adalah sedemikian hingga setiap orang, di manapun berada di dunia ini dapat mengenali huruf dan membaca al Quran sebagaimana dia harusnya dibaca dengan ucapan yang benar.
· Ini adalah tekanan utama dalam masa kini.
· Bagaimana menyebutkan kata Arab secara benar, belum lagi tentang pemahaman tentang makna spiritual dari apa yang kita baca.
· Huruf yang membentuk kata kata adalah indikasi yang nampak dari sebuah pesan.
· Akhirnya ketika membaca al Quran, huruf yang tersembunyi akan menjadi muncul.
Setelah mengenali Alif – Allah adalah Sang Pencipta kita melalui tanda tanda dari makhluq Nya. Kemudian mengenali Meem – Muhammad adalah Rasul Allah .
Tahap terakhir adalah untuk mengenali Ba yang adalah diri kita sendiri.
Semua ini hadir di dalam ayat Bismillah. Kita perlu mengenali diri kita sendiri. Itu bukan karena Allah memerlukan shalat kita. Itu bukan karena Muhammad akan mendapatkan keuntungan dari doa (shalawat) kita . Bahkan sebaliknya, kita memerlukan shafa’at Nabi Muhammad pada Hari Pengadilan. Kita harus mengenali diri kita sendiri karena kita berhutang itu kepada diri kita sendiri dan bukan untuk siapapun lainnya. Kita telah dikirim oleh Allah sebagai Khalifah (wakil) Nya. Kita harus mencoba keras untuk mendapatkan posisi itu dihadapan Sang Maha Pengatur (Rabb) kita. Hanya Allah Maha Tahu yang terbaik.
NAMA ALLAH YANG DIAWALI DENGAN HURUF BA BISMILLAH HIR RAHMAN NIR RAHIIM
Al Baais – Maha Menghidupkan Kembali  (The Resurrector)
Al Baaqee – Maha Lestari  (The Everlasting)
Al Barree – Maha Perubah  (The Evolver)
Al Baasit – Maha Pengembang  (The Expander)
Al Baatin – Maha Tersembunyi  (The Hidden)
Al Badee – Maha Penemu  (The Originator)
Al Barr – Maha Sumber Kebaikan  (The Source of Goodness)
Al Basiir – Maha Melihat  (The Seeing)
Al Burhaan – Maha Bukti  (The Evident)